Sobat
remaja, Ninda (bukan nama sebenernya) hanyalah sekedar potret pengalaman dan
kehidupan khas remaja. Masa yang digambarkan oleh kebanyakan orang sebagai
masa-masa yang indah dalam hidup. Masa yang ingin dinikmati siapapun yang merasa
dirinya remaja, lebih-lebih remaja masa kini. Jangan sampai terlewat kalau
tidak ingin dirundung sesal sampai akkhir hayat. Bener nggak?
Konon,
keindahan masa remaja terletak pada pengalaman cinta(katanya sih) yang
diekspresikan lewat pacaran. Meskipun katanya juga nih cinta tidak selalu
dibuktikan melalui pacaran. Menurut ilmu psikologi, pacaran terkait dengan masa
puber. Kita juga sering berpendapat begitu (eh tapi banyak juga papi-papi dan
mami-mami yang pacaran)
Tidak salah,
tapi juga nggak sesederhana itu memahami pubertas.
Secara bilogis maupun anatomis (kata ilmu kedokteran nih) pubertas adalah
tahapan dimana alat-alat kelamin manusia mencapai tingkat kematangannya. Pada
tahap ini alat-alat kelamin khusunya dan kondisi pada umumnya mencapai
bentuknya yang senpurna serta secara
faali alat-alat kelamin itu telah berfungsi secara sempurna pula. Pada laki-laki akan tampak dengan tubuhnya semakin
berotot, berkumis, dan mampu menghasilkan sperma setiap berejakulasi
Sedangkan
pada seorang wanita, ia berpayudara, berpinggul besar yang setiap bulannya
mengeluarkan sebuah sel telur dari indung telurnya yang dikenal dengan masa
haid. Awal pubertas, ditandai dengan
mimpi basah pada laki-laki dan haid pada wanita. Masa ini akan datang
berlangsung selama dua tahun. Perubahan itu disertai dengan dorongna tertentu
seperti tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis.
Kepekaan
berlebih serta berkurangnya kendali terhadap diri menyebabakan masa puber
remaja sulit dimengerti oleh orang dewasa. Kecenderungan ini dibenarkan oleh
Islam sehingga sebagai upaya antisipasi Rasululllah SAW memeberikan wasiat
kepada remaja beliau bersabda, “Wahai
para pemuda, barangsiapa diantara kalian mampu(untuk menikah) maka hendaknya
dia menikah. Karena menikah itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga
kemaluan. Barangsiapa tidak mampu menikah maka hendaknya dia berpuasa, karen
apuasa itu adalah perisai baginya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tinjauan
dari berbagai sudut yang dibahas oleh para ahli menyatakan masa remajamerupakan
tahap penyempurnaan dari perkembangan tahap-tahap berikutnya. Secara
psikologis, orang-orang pinter mengatakan emosi orang puber itu labil, karena
erat hubungannya dengan hormon. Sedih sekali karena diputus pacar. Atau marah
dan tersinggung karena dipelototi. Lupa diri karena asyik pacaran. Emosi
remaja, katanya lebih berkuasa daripada pikiran realitisnya.
Kecenderungan
dikalangan remaja terkait dengan perkembangan fisik dan sosial psikologis yang
terjadi pada dirinya. Perkembangan seksual diawal keremajaan yang ditandai
dengan pubertas menjadikan sesorang
tertarik kepada lawan jenisnya. Pacaran adalah semacam respon sosial yang wajar
dari dorongan perkembangan di masa puber.
Lho, berarti
pacaran itu sah-sah aja, dong?(Yang pacaran dapat angin nih). Konsep
psikologinya gawat juga tuh. Kayak yang diamini kebanyakan orangtua dan remaja
saat ini. Biasnaya mereka nganggapnya itu cinta. Tapi, katanya hanya cinta
monyet. Cinta yang nggak sungguhan. Cinta anak ingusan.
Nah, ini
semakin gawat aja. Nggak serius, tapi dampaknya serius banget. Banyaknya
‘kecelakaan’ hamil sebelum nikah, pergaulan bebas dan free sex terjadi atas nama cinta(ih..serem)
Mereka
berkilah, “itu adalah ungkapan dan bukti cinta.” (Tuh kan, kacau nggak?)
Katanya cinta itu indah. Karunia Tuhan yang sangat agung. Kalo kayak gitu,
jadinya nggak bener dong, menyesatkan. Itu bukan cinta, melainkan nafsu. Lalu,
apa cinta seperti itu yang sedang terjadi? Kamu-kamu merasa sednag jatuh cinta,
tanyakan pada hatimu, itu cinta atau nafsu? J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar