WELCOME TO MY BLOG =)

Kamis, 03 Januari 2013

You make me love you...


Eits, segitu hebatnya mata. Begitu luar biasanya inderawi tubuh kita. Kita yang bicara, tapi banyak nyorotinnya. Katanya, cinta kan aktivitas rasa dan hati? Kenapa itu nggak dibahas? Siip, ini pertanyaan bagus. Sebenernya jawabannya sempat disinggung sekilas diatas. Oke, berikutnya akan kita bahas. Tapi, sebelumnya kamu  gerti nggak apa arti “jatuh cinta” itu? Atau, jangan-jangan kamu pernah ngerasainnya? Kapan saatnya orang muai jatuh cinta?
Entah ya. Cuman gini, aku punya temen cowok, manis juga sih hehehe. Pertama sih biasa aja. Tapi setelah tahu aku salut sama dia. Ternyata dia pinter, trus nggak banyak tingkah. Sementara ini cuman itu. Kalo seperti itu, kira-kira jatuh cinta bukan? Emm..mungkin baru kagum dan simpati. Padahal, banyak orang mengungkapkan cinta pada pandangan pertama. Memang kalo hanya pandangan pertama, rasa kagum atau suka secara ilimiah akan berlalubegitu saja. Apalagi kalo yang menarik demikian banyak pilihan.

Yang memunculkan perasaab lebih mendalam, kalau dia ikutannya, yaitu pandangan kedua, selanjutnya dan selanjutnya. Ckckck.. siapa dia, dimana rumahnya, sekolahnya dimana, anaknya siapa dan seterusnya. Setelah tertarik pada pandangan pertama dia penasaran. Kalo kebetulan si dia satu sekolah atau satu kampus, ia akan “bergerilya” cari informasi sebanyak mungkin tentang dia yang dituju. Cinta mulai bersemi dan tumbuh karen adiajari untuk jatuh cinta. Si dia selau dibayangkan dan diingat sampai ngendon di alam bawah sadar. Trus terbawa-bawa dalam mimpi deh.
Berikutnya, mulai mengkhayal andai si dia akan jadi miliknya. Tergeraklah hati untuk mencoba mendekati. Siapa tahu gayung bersambut? Dengan proses pandangan pertama, hati mulai tertarik dan ada dorongan alamiah untuj memiliki si dia yang telah menarik perhatiannya. Ketertarikan jiwa kepada yang kelebihan yang bisa diinderanya baik melalui mata, hidung, telinga dll yang memunculkan motivasi untuk memiliki dia yang membuatnya jatuh cinta itulah jatuh cinta.
Begitulah yang sering terjadi di keseharian kita. Nah, relevan kan dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw kepada Ali bin Abi Thalib saw. “Wahai Ali, janganlah kamu turutkan pandangan demi pandangan. Karena yang pertama tidak ada apa-apa, dan yang kedua tidak boleh”. (HR. Abu Dawud dan Trimzid)
Ada juga yang terjadi karena kebiasaan sering ngumpul bareng, sering kerja bareng atau belajar bareng. Sering ketemu, sering ngobrol, sering bergurau, dan sebagainya. Akhirnya muncul perasaan yang lain. Peribahasa Jawa menyebutkan wiling tresno jalan saka kulino (asalnya cinta disebabkan karena kebiasaan).  Jerat-jerat cinta yang terjadi melalui proses ini tidak bisa dilepaskan dari terjadinya ikhtilath dan khalwat. Karena iktilath dan khalwat diamggap sebagai gejala normal dan biasa, maka kmpul-kumpul, ngobrol-ngobrol, kongkow-kongkow laki-laki perempuan juga dianggap biasa. “Ah dia Cuma temen kok, sama sekali nggak ada perasaan apa-apa.”
Memang, sangat mungkin nggak ada perasaan tertentu yang isitimewa. Karenanya sudah dianggap sangat biasa dan wajar. Tetapi akhirnya wajar juga kalau ada perasaan istimewa tertentu diantara mereka. Maka kalau ada gejala-gejala menyimpang dari perilaku kelompok, seperti dengan mengatasanamakan cinta, juga menjadi “kewajaran” pula bagi mereka. Ini yang tidak dikehendaki agama. Anggapan kewajaran terhadap gejala penyimpangan hanya karena hal itu sudah terbiasa dan banyak dilakukan tidak dibenarkan oleh Islam. Islam menutup kesempatan terjadinya hal tersebut. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar