Eits, segitu hebatnya mata. Begitu luar biasanya
inderawi tubuh kita. Kita yang bicara, tapi banyak nyorotinnya. Katanya, cinta
kan aktivitas rasa dan hati? Kenapa itu nggak dibahas? Siip, ini pertanyaan
bagus. Sebenernya jawabannya sempat disinggung sekilas diatas. Oke, berikutnya
akan kita bahas. Tapi, sebelumnya kamu
gerti nggak apa arti “jatuh cinta” itu? Atau, jangan-jangan kamu pernah
ngerasainnya? Kapan saatnya orang muai jatuh cinta?
Entah ya. Cuman gini, aku punya temen cowok, manis
juga sih hehehe. Pertama sih biasa aja. Tapi setelah tahu aku salut sama dia. Ternyata
dia pinter, trus nggak banyak tingkah. Sementara ini cuman itu. Kalo seperti
itu, kira-kira jatuh cinta bukan? Emm..mungkin baru kagum dan simpati. Padahal,
banyak orang mengungkapkan cinta pada pandangan pertama. Memang kalo hanya
pandangan pertama, rasa kagum atau suka secara ilimiah akan berlalubegitu saja.
Apalagi kalo yang menarik demikian banyak pilihan.
Yang memunculkan perasaab lebih mendalam, kalau dia
ikutannya, yaitu pandangan kedua, selanjutnya dan selanjutnya. Ckckck.. siapa
dia, dimana rumahnya, sekolahnya dimana, anaknya siapa dan seterusnya. Setelah tertarik
pada pandangan pertama dia penasaran. Kalo kebetulan si dia satu sekolah atau
satu kampus, ia akan “bergerilya” cari
informasi sebanyak mungkin tentang dia yang dituju. Cinta mulai bersemi dan
tumbuh karen adiajari untuk jatuh cinta. Si dia selau dibayangkan dan diingat
sampai ngendon di alam bawah sadar. Trus terbawa-bawa dalam mimpi deh.
Berikutnya, mulai mengkhayal andai si dia akan jadi
miliknya. Tergeraklah hati untuk mencoba mendekati. Siapa tahu gayung
bersambut? Dengan proses pandangan pertama, hati mulai tertarik dan ada
dorongan alamiah untuj memiliki si dia yang telah menarik perhatiannya. Ketertarikan
jiwa kepada yang kelebihan yang bisa diinderanya baik melalui mata, hidung,
telinga dll yang memunculkan motivasi untuk memiliki dia yang membuatnya jatuh
cinta itulah jatuh cinta.
Begitulah yang sering terjadi di keseharian kita. Nah,
relevan kan dengan apa yang disampaikan oleh Rasulullah saw kepada Ali bin Abi
Thalib saw. “Wahai Ali, janganlah kamu
turutkan pandangan demi pandangan. Karena yang pertama tidak ada apa-apa, dan
yang kedua tidak boleh”. (HR. Abu Dawud dan Trimzid)
Ada juga yang terjadi karena kebiasaan sering ngumpul
bareng, sering kerja bareng atau belajar bareng. Sering ketemu, sering ngobrol,
sering bergurau, dan sebagainya. Akhirnya muncul perasaan yang lain. Peribahasa
Jawa menyebutkan wiling tresno jalan saka
kulino (asalnya cinta disebabkan karena kebiasaan). Jerat-jerat cinta yang
terjadi melalui proses ini tidak bisa dilepaskan dari terjadinya ikhtilath dan khalwat. Karena iktilath dan
khalwat diamggap sebagai gejala normal dan biasa, maka kmpul-kumpul,
ngobrol-ngobrol, kongkow-kongkow laki-laki perempuan juga dianggap biasa. “Ah dia Cuma temen kok, sama sekali nggak
ada perasaan apa-apa.”
Memang, sangat mungkin nggak ada perasaan tertentu
yang isitimewa. Karenanya sudah dianggap sangat biasa dan wajar. Tetapi akhirnya
wajar juga kalau ada perasaan istimewa tertentu diantara mereka. Maka kalau ada
gejala-gejala menyimpang dari perilaku kelompok, seperti dengan
mengatasanamakan cinta, juga menjadi “kewajaran” pula bagi mereka. Ini yang
tidak dikehendaki agama. Anggapan kewajaran terhadap gejala penyimpangan hanya
karena hal itu sudah terbiasa dan banyak dilakukan tidak dibenarkan oleh Islam.
Islam menutup kesempatan terjadinya hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar