Cinta
nggak bisa dilarang, bener nggak sih..? Nah, ini butuh jawaban yang agak
serius. Jangan dulu percaya bahwa cinta nggak bisa dilarang, jangan pula
langsung percaya bahwa cinta itu bisa dilarang. Sebagai seorang muslim, kita
harus memiliki pijakan yang kuat untuk menjawabnya. Pijakan itu juga harus
ilmiah dan bisa diterima akal sehat. Lho, katanya cinta itu masalah perasaan,
masalah hati, kok pakek ilmiah-ilmiahan segala? Ilmiah-ilmiah itu wilayah akal
logis yang harus metodologis dan sistematis. Wah, bisa nggak asyik lagi kalo
bicara cinta harus kaku ngikuti metodologi dan sistematika ilmiah.
Eits..jangan
protes dulu! Kita kan nggak bicara cintanya, tapi dilarang atau tidaknya.
Sesuatu itu boleh atau dilarang kan harus ada dasanya dan juga ada
ukuran-ukurannya. Supaya nggak gegabah ngelarang-ngelarang orang, kita mesti
tau dasarnya. Cinta boleh atau dilareang juga harus ada ukurannya. Boleh kayak
apa. Dilarangnya juga karena sebab apa. Naah, gitu.
Ibnu
katsir menyebutkan bahwa ulama berbeda pendapat dalam memaknai kata hamm (keinginan, niat dalam hati) pada
ayat itu. Ada yang mengartikan hamm
sebagai keinginan yang terlintas dihati. Ada yang mengartikannya berbuat tidak
baik terhadap istri raja Mesir itu. Ada yang mengartikannya bahwa Nabi Yusuf
SAW menginginkan wanit itu menjadi istrinya.
Kesimpulan
umum yang bisa kita ambil dari ragam penafsiran tersebut bahwa Nabi Yusuf SAW
juga tertaruk kepada istri raja Mesir yng menggoda beliau itu. Artinya, sebagai
laki-laki normal, beliau juga tentu tertarik terhadap wanita cantik. Ini gejala
wajar dan alami. Bahkan sebagai manusia biasa, bisa saja beliau tergoda.
Teteapi, sebagai seorang Nabi, maka diri brliau terjaga tidak melakukan
perbuartan keji sebagimana pernyataan AL-Qur’an, “Andaikata dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.” Demikianlah, agar
kami memalingkan daripadanya kemunkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf SAW
itu termasuk hamba-hamba Kami yang terpilih.”
Pelajaran
apa yang bisa kita ambil dari kisah itu? Perasaan tertarik atau jatuh cinta
adalah gejala wajar dan alami yang bisa datang pada siapapun, termasuk orang
Nabi sekali-pun.
Maka,
perasaan tertarik atau jatuh cinta tidak bisa dilarang-larang. Apalagi kalau
orang yang bikin jatuh cinta itu, memang pantas dan seharusnya ditujukan
kepadanya. Mislanya dia orang baik, pinter apalagi cakep. Wajar sekali kalo
orang jatu cinta padanya J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar